Selasa, 06 Juli 2010

Air Bersih dari Ubadari

Air bersih tentulah perlu, dan itu kadang menjadi masalah di pedalaman Papua. Kondisi tanahnya yang dipenuhi bebatuan kadang menjadikan air bersih sebagai barang berharga. Tidak semua distrik (sebutan untuk kecamatan kalau di Pulau Jawa) memiliki sumber air yang memadai.

Pada saat kami membangun base camp di pesisir Danaruma – sekitar satu jam perjalanan longboat ke arah barat Distrik Kokas – air tawar ternyata sulit diperoleh. Sungai-sungai di sekitar situ hanya menyisakan sedikit air bekas musim hujan di ceruk-ceruknya. Itu pun kadang berada cukup jauh dari pondok kerja. Untuk mencapai ke sana kita harus melewati dua buah bukit. Alhasil, sekembalinya dari sana badan sudah berkeringat lagi.

“Biasa begitu, Bapa,” kata Upang memberitahu. “Kalau musim hujan tidak masalah, tapi kalau kemarau kita susah cari air.”

Untunglah sekitar satu jam perjalanan longboat ke arah timur Distrik Kokas, ada sebuah desa bernama Ubadari yang dilewati sungai berbatu dengan air tawar mengalir tanpa henti. Setiap pagi, longboat diberangkatkan ke sana membawa sekitar dua puluh drum yang sudah dilubangi bagian atasnya. Setelah drum-drum diisi penuh, longboat kembali ke Base Camp Danaruma.

Sebagian besar air itu untuk keperluan memasak dan mandi sore hari. Pada pagi hari hanya disediakan satu ember ukuran sedang – cukuplah untuk sekedar mencuci muka dan bersih-bersih. Untuk urusan lain memakai air laut yang melimpah di tepi pondok. Sebagian besar pekerja pribumi bahkan nampak biasa saja mandi dengan cara berendam di air laut.

Perlakuan khusus diberikan setiap hari jum’at. Pada hari itu kami sama-sama pergi ke Desa Ubadari, membawa perlengkapan mandi dan pakaian kotor. Puas-puaslah kami bermain air, mandi, berendam, dan mencuci semua pakaian yang dibawa. Setelah dijemur di sekitar sungai, kami beristirahat di rumah-rumah penduduk sambil menunggu saat sholat Jum’at.

Menjelang ashar kembali ke Danaruma, membawa segenap pakaian kering dan badan segar. Itu kalau memang sorenya tidak turun hujan.
Kalau ternyata hujan?
Ya tetap kembali ke Danaruma. Acara menjemur pakaian dilanjutkan di sana....