Minggu, 10 Juli 2011

Antara Kotawaringin dan Sukabumi


Selama ini kita lebih mengenal Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur sebagai satu-satunya kerajaan di luar Pulau Jawa. Tapi jangan salah, masih ada Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan yang pernah memegang kendali perdagangan di pesisir Pulau Borneo tersebut. Dan lebih jangan salah lagi kalau ternyata pengaruhnya juga sampai ke Kalimantan Tengah.

Di Pangkalan Bun, salah satu situs peninggalan sejarah masa lampau dapat dilihat di Istana Kutawaringin yang berada persis di tengah kota. Sejarah berdirinya tidak terlepas dari peran Pangeran Adipati Antakesuma, putra Raja Banjar Sultan Mustainnubillah (1595-1642) yang melakukan serangkaian perjalanan ke arah barat menyusuri pantai selatan Pulau Kalimantan melewati tempat-tempat yang sekarang dikenal dengan Sampit, Kuala Pembuang, Seruyan, Rantau Pulut, Arut, dan Lamandau. Pada saat menyusuri Sungai Lamandau itulah rombongan Pangeran Adipati Antakesuma berhenti di suatu tempat yang kini dikenal sebagai Kotawaringin Lama.

Catatan sejarah di Astana Alnursari menyebutkan bahwa Kerajaan Kotawaringin Lama dibangun pada tahun 1615. Pangeran Adipati Antakesuma memerintah sebagai Sultan Kotawaringin ke I dengan gelar Ratu Bagawan Kotawaringin dari tahun 1615 – 1630.



Kerajaan Kotawaringin mengalami jaman keemasan pada masa pemerintahan Sultan ke VII Ratu Begawan (1727 – 1761). Kemakmuran kerajaan itu ditandai dengan dipakainya warna kuning sebagai lambang kejayaan sehingga istana Kotawaringin populer dengan sebutan Istana Kuning. Banyak pendatang dari berbagai daerah berdatangan mencari peruntungan di sekitar Kotawaringin. Kapal-kapal saudagar datang dan pergi membawa berbagai bahan dagangan dari Banjar, Bugis, dan Pulau Jawa. Tahun 1811, 1811 pada masa pemerintahan Sultan ke IX Pangeran Imannudin (1811-1841), pusat pemerintahan Kerajaan Kotawaringin Lama dipindah ke Pangkalan Bu’un yang berada di tepian Sungai Arut.

Perihal asal muasal sebutan Pangkalan Bun sendiri, berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, diambil dari nama seorang pengusaha bernama Bu’un yang saat itu menjadi pedagang sukses di tepian Sungai Arut. Saudagar Bu’un sendiri ada yang mengatakan berasal dari Sunda, ada juga yang menyebut dari etnis Tionghoa. Tepian tempat Saudagar Bu’un berdagang itulah yang akhirnya dikenal sebagai Pangkalan Bun, sementara anak sungai kecil yang mengalir ke muara tersebut dinamakan Sungai Bu’un.


Bangunan istana yang ada saat ini adalah hasil pembangunan ulang. Bangunan aslinya terbakar pada Tahun 1986. Saat ini kompleks Istana Kuning terbagi menjadi dua bagian. Yaitu bangunan istana di bagian atas, dan lapangan di bagian bawah. Bagian bawah dikenal masyarakat sebagai Lapangan Tugu yang ditandai dengan kolam dan sebentuk tugu menjulang ke atas. Di depan kompleks istana yang terdiri dari tiga bangunan utama, terdapat prasasti yang menandai dipindahnya pusat pemerintahan dari Kotawaringin Lama ke Pangkalan Bun. Sangat menarik saat mengetahui bahwa dulu Pangkalan Bun dikenal dengan sebutan Sukabumi.


Apa hubungannya dengan Sukabumi yang berada di Jawa Barat?
Tidak ada catatan sejarah yang menjelaskan hal ini. Tapi beberapa cerita memang menyebutkan bahwa pada masa itu banyak orang-orang dari etnis Sunda yang mencari peruntungan di Kutawaringin. Bahkan Bu’un sendiri disebut-sebut sebagai saudagar etnis Tionghoa yang datang dari Sukabumi.