Sabtu, 06 Agustus 2011

Pohon Madu


Pernah mendengar yang namanya Pohon Madu?
Sebetulnya pohon bernama ‘madu’ tidak ada. Sebutan itu berlaku untuk jenis-jenis pohon yang biasanya menjadi tempat lebah membuat sarang dan menyimpan madunya. Pohonnya sendiri dikenal sebagai Manggeris (Kompassia excelsa) yang masih satu kerabat dengan pohon Kempas (Kompassia malaccensis).

Manggeris dikenali dari bentuk batangnya yang tinggi menjulang, berwarna keputih-putihan dengan tinggi cabang pertama bisa mencapai 30 meter. Kulitnya yang licin dan mulus agaknya menjadi pertimbangan bagi para lebah. Mereka secara naluri melihat pohon itu tidak mudah dipanjat sehingga aman bagi tempat membentuk koloni dan menghasilkan madu.

Satu-satunya satwa yang dihubungkan dengan mereka hanyalah Beruang Madu (Helarctos malayanus). Hewan berperawakan kekar dengan cakar-cakar kokoh dan panjang diketahui sebagai satu-satunya satwa yang sanggup memanjat ke atas untuk mengambil madu. Sebagai pencegahan, seringkali terlihat ada masyarakat yang memagari batang bawah pohon manggeris dengan pelat seng untuk menggagalkan upaya beruang memanjat ke atas.

Jika beruang punya cakar, maka manusia punya akal.
Untuk bisa mengambil madu yang terletak di ketinggian, mereka memasang takik-takik di sepanjang batang pohon manggeris yang licin itu. Takik-takik dibuat dari potongan kayu ulin, dibentuk menyerupai pasak, dan disusun ke atas membentuk anak tangga. Dengan cara begitu, madu dapat diambil untuk dipakai sendiri atau dijual. Takik-takik itu sendiri seringkali dibiarkan bertahun-tahun sehingga akhirnya menyatu dengan batang pohon Manggeris. Dari kejauhan nampak seperti rangkaian duri yang memanjang ke atas.

Padahal sebetulnya, bukankah beruang itu juga bisa menggunakan takik-takik yang ada untuk memanjat ke atas?
Barangkali itulah bedanya manusia dengan hewan. Hewan bekerja berdasarkan naluri, sementara manusia bekerja berdasarkan kebutuhan ekonomi....