Senin, 20 Juni 2011

Supir-Supir Perkasa


Kalau saya ditanya, profesi apa yang membuat kagum di tengah belantara, maka serta merta saya akan menjawab: supir!


Bayangkan kondisi seperti ini. Seorang supir – di sana biasa disebut driver untuk supir kendaraan kecil, atau oparator untuk supir alat berat – harus menempuh perjalanan dua sampai tiga jam melintasi kawasan berhutan dengan pemandangan nyaris seragam di sepanjang kanan kiri jalan. Hanya ada pohon, pohon, dan pohon.

 

Jika terjadi suatu keadaan darurat, misalnya ban kempis, mungkin masih bisa pakai ban cadangan. Kalau ban cadangan sudah terpakai dan masih terjadi kempis ban yang lain? Atau kalau kendaraan terjebak dalam kubangan lumpur? Atau mendadak mogok tanpa sebab? Atau mesin tiba-tiba mengepulkan asap? Atau tersangkut di tengah jembatan kayu? Atau tiba-tiba saja tertimpa pohon tumbang?
Kepada siapa akan meminta tolong?
Tidak ada sinyal, tidak ada yang bisa ditelepon. Tidak ada mobil derek, tidak ada mobil polisi yang lewat. Tidak ada bengkel, tidak ada GardaOto, tidak ada Rent-A-Car. Masih untung kalau di dekat-dekat situ ada camp penebang atau regu survey, bisa dimintai tolong untuk sekedar membantu menarik kendaraan. Kalau tidak ada siapa-siapa?



Maka hanya usaha terus menerus dan tak kenal lelah yang bisa dilakukan sang supir. Dengan berbagai cara harus bisa keluar dari kubangan atau menstarter kendaraannya kembali. Usaha itu biasanya berhasil, terutama bagi supir senior yang sudah terbiasa menghadapi keadaan. Tapi terkadang gagal.


Kalau sudah begitu, menunggu adalah satu-satunya pilihan. Biasanya akan ada unit lain yang menyusuri jalan angkutan kalau ada kendaraan yang tidak sampai ke tujuan atau dilaporkan tidak kembali ke pangkalan. Selama menunggu, supir yang kendaraannya terjebak masalah, bisa mengisi waktu dengan tidur atau memandangi langit luas di atasnya....