Selasa, 11 Mei 2010

Pengantinnya Pakai Kacamata Hitam



Prosesi perkawinan di Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara, masih bertahan sampai sekarang. Setidaknya untuk desa atau kampung yang berada jauh di pelosok gunung atau bukit.
Acara biasanya diawali dengan iring-iringan mempelai pria ke rumah mempelai wanita. Mempelai pria diiringi keluarganya berjalan kaki menuju rumah mempelai wanita. Kemudian ijab kabul atau pembacaan janji pernikahan seperti pada umumnya, biasanya diikuti dengan nasehat-nasehat dari para tetua adat atau tokoh desa.



Yang menarik, pengantin prianya mengenakan kacamata hitam. Ini katanya untuk mengurangi rasa malu karena seharian jadi tontonan orang banyak. Kacamata hitam itu dipakai sejak sore hari – saat iring-iringan – sampai malam hari – saat pembacaan ijab kabul. Bahkan pada malam hiburan yang diadakan malam itu juga atau besoknya, kedua mempelai wajib hadir di sisi panggung – meskipun hanya untuk duduk saja.
Belakangan ini sudah ada rasa malu memakai kacamata hitam, terutama pada malam hari karena dirasa tidak cocok lagi dengan suasana. “Seperti tuna netra saja,” begitu mungkin pikir mereka. Kacamata pun diganti dengan yang berwarna kecoklatan atau putih polos.

 

Hiburannya – kalau di desa-desa yang jauh dari kabupaten – biasanya band dari kampung setempat. Lagu-lagunya didominasi lagu dangdut. Kadang-kadang lagu Rock Malaysia. Selain band, yang paling sering ditampilkan adalah Nasid atau Qasidah. Apalagi kalau kebetulan mempelai wanitanya sewaktu masih gadis aktif sebagai anggota Nasid.
Kalau mempelai wanitanya dulu vokalis Nasid, sudah bisa dipastikan ia akan didaulat untuk menyanyi. Seperti juga pada pentas dangdut, tak usah heran kalau di antara penonton ada yang naik ke pentas untuk nyawer – menyerahkan lembaran uang kertas.
Pemberian uang sawer itu bisa bermakna dua hal. Pertama sebagai sumbangan atau kado pernikahan. Kedua sebagai permintaan untuk terus menyanyi. Makna yang kedua menunjukkan popularitas sang mempelai saat masih gadis dulu. Semakin banyak yang menyawer, berarti makin banyak penggemarnya yang kecewa karena sejak saat itu dia sudah jadi istri orang.


tulisan ini juga dimuat di Intisari edisi Juli 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar