Sabtu, 27 Oktober 2012

Mari Menghibur Diri di Base Camp ....

“Jika ada yang bilang hidup di camp itu menyenangkan, kemungkinan besar dia sedang stress. Tapi jika kita tidak bisa menciptakan suasana yang menyenangkan saat berada di camp, kita pun dipastikan bakal stress....” 

Demikian salah satu pepatah yang berlaku di camp. Entah siapa yang mengatakan, entah betul atau tidak, pepatah itu mempunyai makna bahwa betah tidaknya kita di camp tergantung dari kemampuan kita sendiri dalam menghadapi keadaan. Jika kita dari awal sudah melihat camp sebagai tempat yang menyiksa – misalnya jauh dari mana-mana, hiburan susah, apa-apa mahal, sinyal tidak ada, suasana monoton, dan lain-lain – maka bisa dipastikan kita tidak akan betah berlama-lama tinggal di camp. Tapi jika sejak awal kita melihat camp sebagai tempat yang menyenangkan – misalnya udaranya segar, airnya jernih, ikan sungai tidak perlu beli, daging rusa tinggal dicari, jauh dari polusi, bebas dari agen asuransi, tidak ada yang minta sumbangan, tidak ada pengamen, tidak perlu bawa dompet kemana-mana – maka suasana sepi dan terisolir memiliki makna yang berbeda. Banyak cara yang bisa dilakukan, dan ini sangat tergantung pada minat dan hobi masing-masing. Berikut adalah beberapa bentuk hiburan – dan cara menghibur diri sendiri – yang selama ini dilakukan para campmania.

1. Nonton Tivi. Ini pilihan yang paling umum di camp. Pulang kerja pukul 17.00, mandi dan makan malam, setelah itu duduk manis di depan tivi. Bisa di ruang tv umum yang disediakan perusahaan, bisa nonton di rumah masing-masing. Dengan bantuan parabola 12 feet semua saluran dapat tampil. Bukan hanya saluran tivi nasional seperti TV-One atau RCTI, tapi juga saluran tivi daerah seperti JatimTV, BaliTV, atau TV Papua. Siaran tivi asing juga tidak masalah. Al-Jazeera, NHK, ataupun siaran berbahasa portugal dengan mudah bisa diakses meski mungkin hanya dipahami gambarnya saja. Langganan tivi kabel juga bisa kalau mau.



2. Memelihara burung. Bagi penggemar burung berkicau, camp memanjakan penghuninya dengan beberapa jenis burung yang sudah dikenal memiliki suara merdu. Yang umum dipelihara adalah kelompok burung dari genus Copysychus sp. seperti murai batu yang kecoklatan, murai daun yang berwarna hijau, atau kacer yang bulunya hitam putih. Burung – baik anakan maupun dewasa – dapat dipesan dari para operator chainsaw yang setiap hari berada di hutan. Kadang-kadang ada juga masyarakat sekitar yang masuk hutan dengan tujuan berburu burung. Biasanya mereka menggunakan burung yang sudah pintar berkicau untuk memikat burung yang masih liar. Maka sangkar burung pun menjadi hiasan teras, berjejer di sepanjang barak pekerja. Merupakan pemandangan yang biasa ketika di pagi hari para burungmania membersihkan sangkar dan mengganti air minum, sementara mereka sendiri mungkin belum sempat mandi....

 
3. Memancing. Ini juga pilihan bagi yang hobi memancing. Hutan menyediakan sungai dan kantung-kantung air untuk dimanfaatkan sebagai arena memancing. Kantung-kantung air itu – di sana disebut embung – bisa berupa rawa tergenang, bisa juga merupakan danau dengan debit air tidak terlalu besar. Ikan-ikan yang umum diperoleh dari sana adalah baung (Mystus wyckii), lele (Clarias nieuhofii), atau pepuyu (sejenis sepat). Di hutan tersedia sungai dengan air jernih mengalir tanpa henti dengan berbagai jenis ikan di dalamnya. Banyak macamnya, mulai dari ikan somah (Tor tambra), barakas (Cylocheilichthys sp.), dan entah apa lagi yang bentuknya menyerupai karper (Cyprinus sp.). Cara mencarinya dengan dipancing atau dijala. Sebetulnya paling praktis dengan ditombak saat malam hari. Tapi di hulu-hulu sungai Kalimantan, cara itu kurang populer karena masih terdapatnya buaya yang kadang terlihat di palung-palung sungai.

 

4. Pesta Duren. Setiap tahun – biasanya antara november sampai februari – adalah musim duren. Pohon duren – baik yang tumbuh liar maupun yang ditanam masyarakat – berbuah serentak. Sebagian dikirim ke kota, sebagian ditawarkan kepada pekerja camp. Untuk duren seukuran buah kelapa, pada awal-awal musim dihargai antara 10 ribu sampai 20 ribu sebuah. Tapi semakin membanjir produksi duren, semakin murah harga yang ditawarkan. Itulah saatnya para pekerja camp menikmati pesta duren. Satu karung duren berisi 20 butir kadang hanya dihargai 50 ribu rupiah. Karena duren cenderung meningkatkan tekanan darah, kami biasanya memakan rame-rame. Pertama untuk membagi rata resiko naiknya tensi. Kedua kalau besoknya ada yang demam karena kebanyakan duren setidaknya tidak sendirian.... 

 5. Nonton Bareng. Istilah nobar bukan hanya terdapat di kota-kota saja. Di camp pun pekerja bisa menikmati acara nonton bareng. Kalau sudah memasuki musim Piala Dunia atau Piala Eropa, jadwal pertandingan menjadi acuan yang berharga. Dengan bantuan InFokus, tayangan dari tivi disalurkan ke layar putih yang dibentangkan di halaman. Penonton tinggal memilih tempat duduk, membawa sendiri kopi atau cemilan, bisa sambil berkerudung sarung, bisa sambil merokok, bisa sambil menepuk agas (sejenis nyamuk berukuran halus) yang kadang iseng mengganggu....


6. Jalan-jalan ke air terjun. Hutan menyediakan potensi alam yang kadang tidak terduga. Air terjun, misalnya. Di sana air terjun bisa dinikmati lengkap dengan batu-batu dan ular di antaranya. Maka berjalan-jalan menikmati air terjun menjadi salah satu pilihan mengisi waktu luang. Padahal yang bisa dilakukan di sana paling-paling ya hanya duduk-duduk di atas batu, mandi atau bermain air, berfoto-foto, atau sekedar makan siang bersama, tapi tetaplah menyenangkan sebagai selingan. Yang menjadi masalah adalah lokasi air terjun kadang berada jauh di tengah hutan. Untuk mencapai ke sana kita harus berjalan menyusuri jalan setapak atau tepian sungai sejauh satu atau dua kilometer. Menyenangkan bagi yang gemar berpetualang karena sepanjang jalan bisa menikmati suara air, bau daun segar, kicau burung, atau lengkingan monyet di ketinggian. Agak merepotkan bagi yang tidak terbiasa berpetualang karena lintah pacet dan serangga penyengat seringkali ikut menemani perjalanan.


7. Panggung Dangdut. Hiburan yang satu biasanya diadakan setahun sekali pada malam pergantian tahun. Panggung dibangun mendadak dengan drum kosong sebagai landasan, lembaran papan sebagai lantai, dan terpal sebagai atapnya. Artis yang tampil pun hanya organ tunggal dengan dua atau tiga orang penyanyi lokal berpakaian seronok. Koleksi lagu-lagunya didominasi dangdut koplo. Lumayanlah untuk sekedar mengusir penat, melupakan kerja keras selama setahun terakhir, dan berharap tahun depan hasil yang diperoleh bisa lebih baik lagi....  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar