Setiap kali ke Palangka Raya, saya tidak pernah bisa ‘tidak’ berjalan-jalan ke Jembatan Kahayan. Jaraknya tidak sampai satu kilometer dari pusat kota, bahkan juga tidak sampai setengah kilometer dari Palma alias Palangka Mall – satu-satunya mall yang ada di Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah tersebut.
Dan setiap kali berdiri di atas jembatan tersebut, saya tidak pernah ‘tidak’ tergoda untuk menyiapkan kamera karena selalu saja ada momen-moment yang menarik untuk difoto. Mulai dari puluhan warga yang juga datang ke sana, sampai kilau permukaan air sungai yang memantulkan cahaya keperakan, sampai aktifitas remaja dan nelayan yang menyandarkan perahunya persis di bawah tiang jembatan.
Sejak lama aliran Sungai Kahayan menjadi denyut nadi perekonomian Palangka Raya. Sungai yang panjangnya mencapai 250 kilometer dan bermuara di Laut Jawa ini menghubungkan tiga wilayah di Kalimantan Tengah yaitu Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kota Palangka Raya itu sendiri. Pada masanya – sebelum dibangun jaringan jalan – aliran Sungai Kahayan menjadi satu-satunya alternatif jalur transportasi. Hasil bumi dari wilayah di hulu sungai dan bahan pokok dari Pelabuhan Palangka Raya, hilir mudik saling melengkapi kebutuhan masyarakat di sepanjang aliran sungai.
Sampai saat ini pun beberapa perahu masih melayari Sungai Kahayan, mengambil hasil bumi dari hulu dan mengantarkan sembako terutama bagi warga yang kampungnya berada di bibir sungai serta belum terjangkau jalan aspal.
Jembatan Kahayan menjadi saksi denyut perekonomian tersebut. Apalagi sejak secara tidak sadar juga menjadi ikon Palangka Raya, tempat di mana sebagian warga kota menghabiskan sore yang cerah di atasnya.
Jadi, mengulangi lagi ajakan sebelumnya, kapan Anda berkunjung ke sana?