Kamis, 06 Juni 2013
Mengupas Kulit, Mengupas Masa Depan
Pernahkah Anda mendengar ada orang yang berprofesi sebagai pengupas kulit kayu?
Kedengarannya aneh, tapi profesi itu memang nyata. Jika di pantura ada yang sehari-harinya bekerja sebagai pengupas kulit bawang, jauuuh di pedalaman sana ada orang yang menggantungkan hidupnya sehari-hari dari hasil mengupas kulit pohon!
Tentu saja pohon yang dikupas bukanlah pohon yang masih berdiri tegak melainkan batang-batang log (atau kayu bulat) hasil penebangan yang sudah dikumpulkan di tempat penumpukan. Sebagaimana hasil alam lainnya, kayu juga rentan terhadap serangan berbagai macam serangga. Macam-macam jenisnya. Mulai dari kutu penggerek kulit kayu (Ernobius mollis), kumbang bubuk (Lyctus brunneus) yang menggerogoti isi kayu dan meninggalkan tanda berupa serbuk halus di sepanjang liangnya, sampai kumbang pengebor (Euophryum sp.) yang hobinya membuat lubang malang melintang di seantero penjuru batang. Karena itu kayu-kayu yang sudah terkumpul harus segera dikuliti sebelum serangga-serangga perusak berdatangan. Tujuannya tentu saja untuk menjaga mutu log, karena kayu yang rusak otomatis kualitasnya ikut menurun. Turunnya kualitas pada akhirnya akan berakibat pada rendahnya nilai jual kayu itu sendiri.
Para pekerja yang disebut sebagai Tukang Kupas Kulit itu (istilah kerennya debarker), bekerja hanya bermodalkan sebatang linggis atau tembilang plus kemampuan untuk menahan panas terik yang bisa seharian menerpa punggung. Bayangkan saja bagaimana mereka berada di tempat terbuka, menguliti batang demi batang dengan berbagai tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Setiap kayu memiliki karakteristik kulit yang tidak sama. Kayu kapur atau kamper (Dryobalanops aromatica) sangat mudah dikupas karena pada dasarnya memang memiliki kulit yang mengelupas seperti pohon kayu putih (Eucalyptus sp.). Batang meranti (Shorea sp) meskipun ketebalan kulitnya mencapai 3 sentimeter, tapi penampang membujurnya saling berhubungan sehingga dengan satu kupasan di ujung batang -- bayangkan pelepah pisang – mengupas sisanya cukup hanya dengan sentakan ringan saja. Tapi jenis-jenis seperti kempas, keruing, medang, atau kayu campuran lainnya, mengupas satu batang memerlukan kesabaran ekstra karena struktur kulitnya yang cenderung terputus-putus.
Berapa imbalan yang diperoleh Tukang Kupas Kulit setiap hari? Tarifnya berkisar antara seribu sampai dua ribu per meter kubik, tergantung jenis pohonnya. Jadi kalau satu hari bisa menguliti 20 batang dengan volume rata-rata 5 m3, bisalah di tukang kupas mengantungi sekitar dua ratus ribu rupiah per hari. Cukup untuk makan sehari-hari dan sedikit tabungan untuk hari tua.
Anda berminat mencoba?
Label:
hama bubuk,
HPH,
kulit kayu,
kupas kulit,
log,
penggerek batang,
serangga,
tukang kupas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar