Rabu, 16 Juni 2010

Dibelah Hidup-Hidup


Persoalan utama yang dihadapi pekerja di hutan adalah menu sehari-hari. Rasanya bosan banget kalau tiap hari yang disajikan cuma indomie rebus, ikan asin bakar, atau sambal sarden. Karena itu perlu dicari menu alternatif untuk menghindari rasa bosan.
Kalau lokasi kerjanya dekat kampung (di sana jarak dua atau tiga kilometer dianggap dekat) kita bisa minta daun singkong atau membeli ayam. Tapi kalau pun letak kampung terlalu jauh, itu juga bukan persoalan karena anggota survey biasanya adalah pemburu yang handal.

Mereka terampil menyelam untuk menombak ikan atau memasang jerat. Mereka juga tahu sungai mana yang banyak ikannya dan jalur mana yang sering dilintasi hewan buruan. Masalahnya kemudian, bagi Orang Dayak semua hewan bisa dimakan. Tak ada istilah haram atau halal, apalagi makruh. Kalau dapat kijang atau burung kuau, tanpa ragu kami para perantau dari Jawa ikut memakannya. Tapi kalau dapat trenggiling atau burung yang aneh-aneh wujudnya, apa boleh buat, kami memilih indomie saja.

Binatang buruan yang jadi favorit adalah kura-kura, labi-labi, dan baning. Ketiganya hampir sejenis. Sama-sama keluarga kura-kura yang membawa-bawa tempurung di punggungnya. Hanya saja kalau labi-labi adalah amphibi yang hidup di dua alam, kura-kura dan baning hidup di darat. Labi-labi bentuknya seperti bulus, tempurungnya lebar menyerupai penggorengan dengan warna kusam abu-abu. Tempurung kura-kura dan baning (Tetsuda emys) lebih menggelembung menyerupai helm tentara. Bedanya lagi, tempurung baning punya corak lebih indah.

 
Enaknya itu mereka gampang ditangkap. Kalau sudah kelihatan merayap di lantai hutan, tinggal diangkat dan dibawa pulang ke tenda. Labi-labi bisa bergerak cepat – lebih-lebih kalau sedang berada di dalam air – dan memiliki daging kenyal-kenyal empuk. Sementara daging baning berwarna merah seperti daging kerbau. Labi-labi – seperti halnya katak – masih bisa dipertanyakan halal atau makruhnya. Tapi kalau baning jelas-jelas halal karena hidup di darat dan hanya memakan kulit kayu dan jamur. Dagingnya pun enak.

Yang tidak enak adalah cara menyembelihnya. Baning atau kura-kura atau labi-labi selalu dibantai hidup-hidup! Tempurungnya dibelah berkeliling dari samping kemudian dibuka seperti orang membuka kulit durian. Pada saat itu kempat kakinya masih bergerak-gerak.Adegan itulah yang sering membuat miris. Tapi kata mereka itu cara paling cepat dan praktis.
“Kalau mau disembelih, di mana motongnya, Om? Lehernya keluar masuk terus, susah megangnya....”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar