Kamis, 13 Mei 2010

Baku Tunggu di Fakfak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu arti kata baku adalah saling atau menunjukkan kegiatan yang berbalasan. Padanan yang sering disandingkan dengan kata baku biasanya adalah baku hantam yang artinya saling berhantam. Tapi sewaktu saya bekerja di Fakfak – salah satu kabupaten di paruh burung Papua – penggunaan kata baku ternyata meluas kemana-mana.
Pada suatu hari saya terpaksa berangkat sendirian ke tempat kerja karena teman yang ditunggu-tunggu tidak muncul. Siangnya saat jumpa di tempat kerja baru ketahuan penyebabnya: kami saling menunggu di tempat berbeda. Saya menunggu di hotel sementara teman tadi menunggu di terminal. Sambil tertawa-tawa teman tadi yang asli Fakfak berkata, “Wah, kita tadi baku tunggu rupanya!”
Artinya kami ternyata saling menunggu sehingga tidak bertemu.

Di akhir bulan, bagian keuangan perusahaan tempat saya bekerja kesulitan membayarkan gaji karena tidak ada uang kecil. Pekerja yang satu kurang 20 ribu, sementara pekerja yang satu lagi gajinya kurang 30 ribu. Akhirnya akuntan kami memanggil keduanya, menyerahkan selembar 50 ribuan kepada seorang diantaranya sambil berkata, “Nih, kalian punya gaji ada lebih di sini. Sama kamu ada dua puluh, sama kau ada tigapuluh. Saya tak ada uang kecil, jadi ini limapuluh kalian baku bagi ya?”
Artinya kedua pekerja itu diminta membagi sendiri pecahan 50 ribu supaya sisa gajinya bisa terbayarkan.
Alhasil di sana kata baku menjadi begitu beragam padanannya. Misalnya baku pukul, baku atur, baku angkat, baku ganti, atau baku pinjam. Semuanya untuk menunjukkan kegiatan yang saling berbalasan.
Pada kesempatan lain saya dikejutkan sewaktu salah seorang pekerja berkata, “Kita kasih bunuh mesin-kah, Bapak?”
Saya kaget karena mengira ada yang baku bunuh di antara pekerja. Rupanya pekerja tadi cuma ingin menanyakan apakah mesin generatornya sudah bisa dimatikan atau belum. Barangkali karena melihat saya sudah tidak menggunakan komputer lagi.
Setelah tahu bahwa membunuh ternyata juga dipakai untuk mematikan mesin, maka besok-besoknya saya dengan enteng berkata, “Saya tak pakai komputer lagi, kasih bunuh saja mesinnya!”
Rupanya pekerja yang saya suruh bukan dari bagian genset dan tidak tahu cara mematikan mesin sehingga balik bertanya, “Bagaimana cara bunuhnya, Bapak?”
“Pukuli saja sampai mati,” jawab saya sambil tertawa.

 

2 komentar:

  1. Berart kalo muda-mudi sana pacaran pasti ngomongnya : "kitorang sdh baku cinta,mari kita kawin." bnr ndk pak? Hhehehehehe.....

    BalasHapus
  2. Bukan begitu.
    Kata baku hanya disandingkan dengan kata kerja, bukan kata sifat atau keterangan.
    Jadi mestinya begini, "Kita su suka sama suka, berarti su boleh baku peluk toh?...."
    :-D :-D

    BalasHapus